23 August 2012

PETUALANGAN PANJANG ARI LASSO

SI BADUNG INGIN JADI ANAK BAND

Ketika kecil, ia dikenal sebagai anak badung, pintar, dan tergila-gila pada sepak bola. Meski hanya bisa main gitar sekadarnya, ternyata dia diam-diam menyimpan obsesi jadi anak band.

Awal Juni lalu, matahari masih membakar bumi ketika telepon genggam pria itu berbunyi. Meski sangat capai setelah dua hari berturut-turut naik panggung di wilayah Jabodetabek sampai tengah malam, ia tetap bergegas berangkat dari rumahnya di Kawasan Bintaro, Tangerang, menuju Ancol, Jakarta Utara. Malam itu ia akan tampil bersama band Naif dan Element. 

Setiba di Taman Impian Jaya Ancol, pria berambut gondrong itu langsung menuju ke sebuah panggung megah setengah jadi yang dipenuhi seperangkat alat musik bervoltase ribuan watt. Ia membaur dengan kru dan teknisi band-nya yang tengah sibuk menyetel dan mengoreksi sound system. Di tengah hiruk pikuk yang memekakkan telinga, ia berusaha memasang telinga baik-baik. Setiap kali mendengar nada-nada yang kurang pas, ia langsung meminta krunya membetulkan atau menyetel kembali. Baru satu jam kemudian ia merasa puas.

Begitulah gambaran jadwal dan kegiatan Ari Lasso belakangan ini. Minggu berikutnya, ia harus terbang ke Kalimantan untuk tampil di beberapa tempat di Samarinda dan Balikpapan. Sepulang dari situ, ia langsung ke Surabaya untuk mengadakan serangkaian show. Hari-hari yang sangat melelahkan, tapi sekaligus membahagiakannya.

Menengok ke belakang, setidaknya hingga tujuh tahun lalu, kesibukan dan kebahagiaan semacam itu rasanya mustahil dirasakan ayah tiga anak ini. Selain dicopot sebagai vokalis utama Dewa 19, band yang membesarkan namanya, ia pun terpuruk dalam kegelapan yang pekat. Terjerat putaw dengan parah --bahkan ia pernah berusaha ‘mencari mati’ dengan menggunakannya secara over dosis-- dan jatuh miskin karena semua uangnya ludes untuk membeli barang-barang haram itu. Kedua orang tuanya sudah angkat tangan meng­hadapi kelakuan anak bungsu mereka itu.

10 August 2012

Sejarah Singkat Kerajaan Majapahit


Masa Nararya Sanggramawijaya
Pada 1215 Raden Wijaya memproklamasikan berdirinya kerajaan baru: Majapahit. Nama Sansekertanya adalah Wilwatikta. Ia dinobatkan sebagai raja pertama dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana. Menurut Kidung Harsa Wijaya, penobatan Raden Wijaya terjadi pada tanggal 15 Kartikamasa bulan Karttika tahun 1215 Saka, bertepatan dengan 12 November 1293.
Nararya Sanggramawijaya (Raden Wijaya) dalam Prasasti Balawi tahun 1305 menyatakan dirinya sebagai Wangsarajasa. Dengan demikian, ia tak pernah sekali pun berniat hendak mendirikan “dinasti” baru, melainkan meneruskan dinasti yang telah dibangun Ken Arok, buyutnya. Bahkan, menurut Naskah Wangsakerta, Wijaya memiliki hubungan darah dengan Kerajaan Sunda.
Rajasawangsa adalah dinasti yang didirikan oleh Nararya Sangramawijaya. Ada yang menarik dalam hal ini: Nararya Sangramawijaya tidak menamakan dinastinya dengan sebutan, misalnya, Wijayawangsa, melainkan Rajasawangsa. Penamaan dinasti ini terbukti dari Piagam Kertarajasa Jayawardhana tahun 1305, sebuah lempengan satu baris yang berbunyi: “Rajasawangsa, penolong orang utama, pahlawan gagah berani dalam peperangan ….” Dengan demikian, Sanggramawijaya tidak bermaksud mendirikan wangsa atau dinasti baru yang disebut dengan unsur namanya, melainkan melanjutkan Kerajaan Singasari yang terputus oleh Jayakatwang tahun 1292. Nama abhiseka Nararya Sanggramawijaya mengandung unsur “rajasa”, nama pendiri Singasari, Ken Arok. Dengan jalan demikian terlihat kesetiaan Sanggramawijaya terhadap Singasari.
Dalam memerintah, Wijaya mengangkat para pengikutnya yang dulu setia dalam perjuangan mendirikan Majapahit. Nambi diangkat sebagai Mahapatih Majapahit, Lembu Sora sebagai Patih Daha, Arya Wiraraja dan Ranggalawe diangkat sebagai Pasangguhan (jabatan yang setara dengan hulubalang raja). Pada 1294 Raden Wijaya juga memberikan anugerah kepada pemimpin Desa Kudadu yang dulu melindunginya saat pelarian menuju Madura.